Tentara robot dan lengan ular itu hanyala dua dari inovasi teknologi militer AS yang tengah menggelar pameran pada pekan ini. Defense Laboratory Enterprise memperagakan lebih dari 80 benda pameran dua tahunan Lab Day yang berlangsung dari hari Kamis lalu 18 Mei 2017 hingga akhir pekan.
Baca Juga
Berikut adalah 3 invoasi teknologi militer AS yang paling menarik
1. Visual Integrasi untuk Prajurit
Bayangkan seorang prajurit menemukan benda yang mencurigakan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Saat ia berhenti untuk menyelidiki, ia segera melihat seorang serdadu musuh dan harus bertindak tanpa waktu yang cukup untuk membidik senjata lewat matanya. Dan ia tidak dapat melihat musuh lain yang sudah menunggu di balik sudut.
Dengan Piranti Teknologi Visual Terintegrasi untuk Prajurit, prajurit tersebut dapat mengamati sekelilingnya dengan lebih baik dan butuh hanya sedikit waktu untuk bereaksi terhadap bahaya yang mengancam dengan lebih akurat.
Ronald Geer, seorang sersan kepala yang ditugaskan pada the Army's Communications-Electronics Research, Development and Engineering Center mengatakan Piranti Teknologi Visual Terintegrasi untuk Prajurit terhubung secara nirkabel dengan tiga peralatan teknologi yang dikenakan oleh seorang serdadu: piranti visual optik, piranti termal pada senjata, dan sistem komunikasi yang dikenakan di dada.
"Apa yang peralatan ini mampu lakukan adalah meningkatkan kecepatan dan kemampuan tentara yang mematikan di medan tempur, khususnya dalam situasi pertempuran jarak dekat,” ujar Geer.
"Mereka tidak perlu terlalu khawatir dengan keharusan untuk mengangkat senjata ke titik yang tepat karena dapat membidik melalui piranti termal ini, karena saat tentara mengangkat senjata, apa yang dilihat oleh piranti ini, dapat mereka lihat segera lewat piranti optik ini."
Konektivitas juga memungkinkan para serdadu untuk menggunakan senjata mereka untuk melihat apa yang ada di balik sudut tanpa harus menggerakkan tubuh dalam posisi yang dapat membahayakan prajurit tersebut.
Piranti Teknologi Visual Terintegrasi untuk Prajurit memperbaharui situasi dalam waktu nyata juga, memberikan cara secara virtual untuk “menandai” rintangan atau persenjataan musuh sehingga serdadu-serdadu lain dapat melihat apa yang pengguna piranti tersebut lihat.
Dengan Piranti Teknologi Visual Terintegrasi untuk Prajurit, prajurit tersebut dapat mengamati sekelilingnya dengan lebih baik dan butuh hanya sedikit waktu untuk bereaksi terhadap bahaya yang mengancam dengan lebih akurat.
Ronald Geer, seorang sersan kepala yang ditugaskan pada the Army's Communications-Electronics Research, Development and Engineering Center mengatakan Piranti Teknologi Visual Terintegrasi untuk Prajurit terhubung secara nirkabel dengan tiga peralatan teknologi yang dikenakan oleh seorang serdadu: piranti visual optik, piranti termal pada senjata, dan sistem komunikasi yang dikenakan di dada.
"Apa yang peralatan ini mampu lakukan adalah meningkatkan kecepatan dan kemampuan tentara yang mematikan di medan tempur, khususnya dalam situasi pertempuran jarak dekat,” ujar Geer.
"Mereka tidak perlu terlalu khawatir dengan keharusan untuk mengangkat senjata ke titik yang tepat karena dapat membidik melalui piranti termal ini, karena saat tentara mengangkat senjata, apa yang dilihat oleh piranti ini, dapat mereka lihat segera lewat piranti optik ini."
Konektivitas juga memungkinkan para serdadu untuk menggunakan senjata mereka untuk melihat apa yang ada di balik sudut tanpa harus menggerakkan tubuh dalam posisi yang dapat membahayakan prajurit tersebut.
Piranti Teknologi Visual Terintegrasi untuk Prajurit memperbaharui situasi dalam waktu nyata juga, memberikan cara secara virtual untuk “menandai” rintangan atau persenjataan musuh sehingga serdadu-serdadu lain dapat melihat apa yang pengguna piranti tersebut lihat.
2. Lengan Ular
Secara berkelakar disebut "ular di pesawat" oleh beberapa orang di Laboratorium Penelitian Angkatan Udara, R.A.N.D.E. (diucapkan Randy) adalah lengan robot yang dapat meliuk-liuk lewat celah sekecil 7 sentimeter untuk memeriksa bagian dalam sayap pesawat atau struktur lainnya tanpa harus membongkarnya.
Insinyur Senior bidang Material, Charles Bunyak, mengatakan pada VOA bahwa piranti penginderaan apapun dapat dihubungkan ke R.A.N.D.E. untuk memeriksa kerusakan struktural dalam ukuran kecil.
"Kami melakukan inspeksi terhadap retakan dalam kelipatan 1/50.000 inchi (0,00508mm) – sebelum retakan ini menjadi hal besar … dan berkembang menjadi permasalahan serious bagi pesawat terbang," ujar Bunyak.
Sistem ini dikendalikan dari pengontrol konsol video game Xbox 360 rumahan. Buynak mengatakan ini membuat R.A.N.D.E mudah digunakan oleh operator berusia muda. Alasan lainnya bagi Angkatan Udara adalah untuk memanfaatkan teknologi yang sudah tersedia.
"Mengapa menghabiskan uang untuk mengembangkan sesuatu yang dengan mudah tersedia yang dapat kita adaptasikan dengan aplikasi kita di sini?" ujarnya.
Insinyur Senior bidang Material, Charles Bunyak, mengatakan pada VOA bahwa piranti penginderaan apapun dapat dihubungkan ke R.A.N.D.E. untuk memeriksa kerusakan struktural dalam ukuran kecil.
"Kami melakukan inspeksi terhadap retakan dalam kelipatan 1/50.000 inchi (0,00508mm) – sebelum retakan ini menjadi hal besar … dan berkembang menjadi permasalahan serious bagi pesawat terbang," ujar Bunyak.
Sistem ini dikendalikan dari pengontrol konsol video game Xbox 360 rumahan. Buynak mengatakan ini membuat R.A.N.D.E mudah digunakan oleh operator berusia muda. Alasan lainnya bagi Angkatan Udara adalah untuk memanfaatkan teknologi yang sudah tersedia.
"Mengapa menghabiskan uang untuk mengembangkan sesuatu yang dengan mudah tersedia yang dapat kita adaptasikan dengan aplikasi kita di sini?" ujarnya.
3. Tentara Robot
Angkatan Darat AS sedang mengembangkan cara-cara untuk menggunakan robot bukan sebagai alat namun sebagai rekan satu tim. Laboratorium Riset Angkatan Darat memperagakan beberapa robot yang dapat digunakan sebagai induk untuk mengembangkan algoritma piranti lunak untuk kecerdasan buatan dan tujuan pembelajaran berbasis mesin.
Stuart Young, kepala Kontrol Aset dan Cabang Perilaku, mengatakan pada VOA tujuannya adalah untuk melindungi para prajurit dengan menggunakan teknologi untuk “memanipulasi benda yang tidak diketahui di dunia yang tidak diketahui.”
Timnya sedang mengembangkan algoritma Kecerdasan Buatan yang dapat mengeneralisasi dan memahami apa yang terjadi di lingkungan robot.
"Dan begitu kita memperoleh informasi tersebut, kita dapat memanipulasinya untuk mencapai misi yang harus dilakukan oleh robot," kata Young.
Misi-misi robot semacam itu bisa berkisar dari menembus posisi pertahanan musuh hingga menyingkirkan piranti peledak spontan, atau sekedar menyingkirkan benda berukuran besar sementara para prajurit berada di lokasi yang lebih aman.
Stuart Young, kepala Kontrol Aset dan Cabang Perilaku, mengatakan pada VOA tujuannya adalah untuk melindungi para prajurit dengan menggunakan teknologi untuk “memanipulasi benda yang tidak diketahui di dunia yang tidak diketahui.”
Timnya sedang mengembangkan algoritma Kecerdasan Buatan yang dapat mengeneralisasi dan memahami apa yang terjadi di lingkungan robot.
"Dan begitu kita memperoleh informasi tersebut, kita dapat memanipulasinya untuk mencapai misi yang harus dilakukan oleh robot," kata Young.
Misi-misi robot semacam itu bisa berkisar dari menembus posisi pertahanan musuh hingga menyingkirkan piranti peledak spontan, atau sekedar menyingkirkan benda berukuran besar sementara para prajurit berada di lokasi yang lebih aman.
3 comments:
oke thanks info .
kayaknya gan untuk pentagon juga lagi buat drone untuk mata-mata gan.. karena lebih murah biayanya serta lebih berbahaya untuk perang... tapi nice info gan
Iya gan . Sama sama
Post a Comment